Cari Artikel di Blog ini

Selamat Datang di Website PA-DKI Plus

Website/Weblog PA-DKI Plus adalah pengembangan dari Milis PA-DKI yang sejak tahun 2000 sudah berdiri dan cukup hot dalam berdiskusi. Website ini dikembangkan dengan tujuan untuk menyediakan sumber-sumber maupun bahan-bahan bacaan yang berguna bagi para Pemuda Advent DKI, maupun penyediaan dokumen-dokumen penting Kepemudaan, termasuk foto-foto kegiatan pemuda.

PA DKI Plus adalah singkatan dari Pemuda Advent DKI Jakarta & Sekitarnya. "Plus" nya sendiri bisa berarti banyak. Yang pertama plus dalam arti usia, website dan milis PA-DKI seperti kita ketahui, tidak terbatas hanya untuk para orang muda, namun juga pada mereka yang berjiwa muda. Plus yang kedua tentunya dari segi geografi. Website dan milis PA-DKI terbuka untuk semua orang muda dan yang berjiwa muda di seluruh dunia, tidak hanya di DKI Jakarta.

Terima kasih banyak atas kunjungan Anda. Pihak moderator dengan senang hati menerima kiriman artikel rohani, sumber-sumber penting bagi Kepemudaan, berita-berita dari jemaat Anda, beserta gambar-gambarnya. Kirim kan saja ke email: admin@jakartaadventist.org, setelah disunting berita atau artikel Anda akan terpublish di Weblog ini.

Satu yang terakhir namun tetap penting, Milis dan Weblog PA-DKI adalah resmi di bawah naungan Direktur Pemuda Advent Konferens DKI Jakarta & Sekitarnya yang sekarang diemban oleh Pdt. Daniel Rampen.

Salam Pemuda,
Moderator

Wednesday, November 28, 2007

[AMR] MAHK dan Keterbukaan

Keterbukaan yang terbentang di Depan kita
(Pada hari Sabat, tanggal 8 July 2006, ketua gereja sedunia Pendeta Jan Paulsen menyampaikan kata sambutan kepada suatu perkumpulan yang terdiri dari kurang lebih 240 teolog dan para pakar di Izmir; Turki, yang berkumpul di bawah tema: “Sifat, Misi dan Keesaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.” Berikut ini adalah intisari dari kata sambutan Pendeta Jan Paulsen.)

Didepan kita terbentang wilayah yang terbuka tanpa batas masa depan besar dan penuh kemungkinan yang tantangannya jangan dianggap enteng. Apa yang menjadi kekuatan-kekuatan yang harus membentuk kita, atau membawa kita, sementara kita bergerak memasuki masa yang akan datang?
Ada kekuatan-kekuatan didalam gereja yang sedang membentuk ajaran Advent diseluruh dunia, dan ada kekuatan-kekuatan diluar gereja yang akan mempengaruhi kita. Pertanyaan besar didepan kita adalah: Bagaimana kita menentukan batas-batas yang akan memberi bentuk pada keterbukaan yang kita masuki? Apa tanda-tanda yang akan menuntun kita kedalam masa depan dan menjaga agar perjalanan kita aman?
Kita harus berjalan memasuki masa depan secara kreatif dan tanpa perasaan takut, mengetahui bahwa setiap manusia yang kita jumpai dalam perjalanan kita adalah sasaran kasih Allah yang menyelamatkan, tetapi dengan tidak mengetahui secara tepat apa yang Allah inginkan ditiap budaya dan tiap situasi yang mengangkat manusia itu dari “Kesesatan” kedalam keselamatan.

A.Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi dan membentuk kita.
1. Pertumbuhan Kita yang Serba Cepat
Pertumbuhan serba cepat berarti bahwa gereja semakin dilokalisasi, dan dengan demikian tidak terlalu diatur pusat lagi, dalam pengelolaan dan pelayanan. Perluasan, dalam jumlah maupun territorial, berarti bahwa jenis pengendalian dan bimbingan yang dimasa lalu bisa saja berasal dari satu sumber atau pusat, seperti General Conference atau divisi, tidak lagi efektif atau bisa dipertahankan. Apakah kita sudah siap untuk ini? Pertumbuhan yang cepat dan perluasan bukan saja bisa menggeser “bobot” dari organisasi itu, hal itu dapat pula secara sendirinya mempengaruhi gereja secara global.
2. Kontekstualisasi dari Ajaran Advent
Keyakinan-keyakinan kita terus-menerus disaring melalui prisma-prisma budaya yang berbuah suatu ajaran Advent yang tampaknya dan rasanya mungkin berbeda dari satu bagian dunia ke bagian lain. Seberapa terampilkah kita bisa memastikan bahwa, didalam proses ini, hati dan pikiran ajaran Advent tidak berubah?
Kontekstualisasi, yang saya maksudkan ialah menjadikan pesan itu layak secara budaya, merupakan satu proses yang tidak bisa dihindari. Tak satu dari kita diminta melangkah keluar dari budaya kita untuk menjadi orang Advent. Melalui budaya dan sejarah kita, kita mengalami kehidupan, dan hal ini tidak bisa, dan jangan ditanggalkan. Jadi di dalam batas-batas yang layak, kontekstualisasi harus terjadi.
Nasihat Roh Nubuatan sudah jelas: “Bangsa setiap Negara memiliki karakteristik yang khas dan tersendiri, dan penting sekali bahwa orang menjadi bijak supaya mereka bisa mengetahui bagaimana menyesuaikan diri mereka dengan gagasan-gagasan khas suatu bangsa, dan dengan demikian memperkenalkan kebenaran yang bisa berbuat baik bagi mereka. Mereka harus bisa mengerti dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka” Testimonies to Ministers, hlm. 213.
Kita harus berbagi pesan ini dengan lemah lembut dan pada derap langkah yang akan membawa orang bersama kita, karena kapasitas seseorang untuk menerima dan mengerti kebenaran dibentuk dan dikondisikan oleh sejarah dan budaya mereka.
3. Mengubah Kondisi Intelektual dan Moral di dalam Gereja
Gereja kita semakin ‘bertambah muda’ dan ‘lebih baru’ dan dibidang-bidang pertumbuhan cepat ini, gereja juga semakin condong ke “Kekristenan selatan.” Gereja yang lebih tua (Kekristenan utara) semakin dipengaruhi sekularisme, ‘relativisme spiritual’, modernisme, dan satu jajaran ‘isme’ lain yang akan , dalam banyak pandangan para pemantau, semakin menggerakkan gereja kekiri dan menjadikannya semakin liberal. Bagaimana kita bisa menghubungkan diri kita kepada ketegangan yang pasti akan terjadi dan tidak terhindarkan dan mencari jalan keluar?
Disinilah kejujuran, kerendahan hati, pengertian, toleransi budaya, dan kasih menjadi begitu penting bagi persatuan gereja. Persatuan harus diusahakan secara terarah, dan unsur-unsur yang memelihara keesaan harus dipupuk dan dipelihara.
GMAHK yang lebih muda, lebih baru, dan cukup konservatif adalah gereja yang dengan telak berdiri didepan kita. Kita tidak bisa berjalan menghindarinya atau tidak mengindahkannya. Bagaimana kita menegaskan keabsahan “yang lebih muda” dan “lebih baru” dan membiarkan mereka memegang kendali gereja? Pertama, sebaik mungkin melatih mereka dan memperlengkapi mereka supaya mereka bisa berbagi nilai dan indentitas dari ajaran Advent mula-mula. Dan kedua, kita percaya kepada mereka dan kepada Tuhan dari gereja itu. Itulah langkah-langkah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi; kita harus mengambilnya.
4. Globalisasi
Walaupun benar bahwa gereja semakin menjadi gereja lokal dan tidak terlalu diatur pusat, ada satu kekuatan berlawanan yang bekerja. Apa yang disebut “keterbukaan” dunia berarti penyebaran ide, pengalaman, dan Harapan-harapan secara cepat; internet dan media internasional menjaminnya.
Globalisasi juga membawa kita ke perpindahan orang yang sangat besar, entah digerakkan oleh peperangan yang mengakibatkan membanjirnya kaum pengungsi, atau karena usaha memperbaiki nasib, keluar dari kemiskinan ke jenjang yang lebih baik. Berjuta-juta orang sekarang bergerak pindah, sering membawa lebih banyak di “dalam” diri mereka, daripada “pada” diri mereka.
Proses dunia ini menjadi satu desa di beberapa tempat sudah terlihat jelas. Gereja-gereja etnis dalam jumlah yang tidak pernah ada sebelumnya menjadi bagian dari keluarga global kita. Walaupun mereka jauh dari kampung halaman tradisional mereka, siapa bisa mempersalahkan mereka karena menginginkan suara dan kehadiran yang layak dalam kehidupan gereja dimana mereka sekarang berada? Inilah bagian dari kenyataan yang menantang kita sebagai satu gereja global, dan harus diperlakukan dengan adil dan tanpa prasangka.
Sementara kita menghadapi masa depan, satu hal yang selalu ada didepan kita adalah bahwa kita sebuah ORGANISASI MISI: kita punya mandat misi yang jelas. Adalah kesetiaan kita kepada misi yang sebagian besar akan menentukan kesetiaan kita kepada Allah. Kita maju dengan kekuatan dan keyakinan ke dalam ruang besar masa depan, karena disanalah kita akan melakukan misi. Jika kita tidak melakukan misi, kita sudah kehilangan alasan untuk keberadaan kita dan kebergunaan kita kepada Allah. Kita akan tetap GLOBAL; kita akan tetap BERSATU, dan kita akan melakukan MISI.
B. Rambu-rambu atau batasan-batasan apa akan membawa kita dengan aman ke dalam masa depan dan menjaga supaya kita tidak kehilangan jalan kita?
1. Kitab Suci
Nilai-nilai apa pun yang kita pegang dan tegaskan harus Alkitabiah. Firman Allah, Kitab Suci, adalah sumber kebenaran yang unik dan berwenang sebagai pengetahuan yang menyelamatkan. Rambu-rambu yang dapat secara mutlak diandalkan, yang akan bisa menjaga kita tetap berada pada jalur, haruslah selalu mempunyai Kitab Suci sebagai titik acuannya.
Begitu kita melangkah keluar batas Kitab Suci perjuangan kita dengan tantangan-tantangan kontekstualisasi dan “tetap fasih dengan masa kini” menjadi berbahaya. Tanpa Firman Allah sebagai rambu-rambu, gereja akan dihadapkan dengan tuntutan-tuntutan untuk “bersikap lentur,” “menggunakan akal sehat”, mengurangi sikap dogmatis, mengurangi sikap berwenang dan mutlak, siap berkompromi, dan ya, lebih terbuka-tetapi dengan cara yang tidak jelas.
Masa depan terbuka, tetapi rambu-rambu Allah untuk jalan yang aman kedalam masa depan tidak aman. Ada parit-parit berbahaya dikiri dan kanan jalan. Jika kita lepas dari Kitab Suci kita sudah pasti akan masuk kedalam salah satu parit. Kita juga berpendapat, lebih jauh, bahwa tulisan-tulisan Ellen White selalu dan secara jelas memberi tahu kita tentang Kitab Suci.
2. Yesus Kristus
Yesus Kristus harus dengan tegas diidentifikasi dan diterima sebagai penuntun kita ke dalam masa depan. Ia yang berkata tentang Diri-Nya: “Akulah jalan….Tidak ada seorangpun yang datang kepad Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6), dan yang membawa Petrus untuk mengaku “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16), harus dinyatakan sebagai Dia yang unik, satu-satunya yang memiliki perlengkapan untuk membawa kita melalui dunia ini ke dunia yang berikut.
Sebagaimana Kitab Suci membawa kita, tanpa bisa dipungkiri, ke pesona Yesus Kristus, maka begitulah seharusnya setiap manifestasi dari ajaran Advent Hari Ketujuh difokuskan untuk menarik perorangan ke suatu pengetahuan dan penerimaan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Ini harus jelas menjadi rambu-rambu dalam latar belakang global yang bukan Kristen. Setiap “merek” ajaran Advent tanpa Yesus Kristus di pusatnya, diakui dan ditegaskan, jangan ditolerir didalam komunitas kita.
3. Pikiran-pikiran yang Terbuka
Sebagai suatu umat, kita harus memiliki kerendahan hati bahwa kita tidak mengetahui semuanya. Oleh Karena itu, kita harus punya pikiran-pikiran yang terbuka terhadap penemuan sementara kita mencari untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dan lebih jelas mengenai kebenaran.
Roh Nubuatan sudah berulang kali menasihati bahwa kita harus ambil bagian dalam pencarian ini. Misalnya : “Allah mengharapkan dari mereka [umat Allah yang benar] peningkatan berkesinambungan didalam pengetahuan kebenaran, dan dalam tata cara kekudusan” (Testimonies for the Church, jld.1, hlm. 345).
Keterbukaan dihadapan kita-ruang waktu dan peluang-peluang didepan kita-harus menemukan keterbukaan yang sepadan didalam pikiran kita, sementara, dipimpin Roh, kita mencari kemana Ia ingin membawa kita. Ini harus diakui sebagai pendirian dasar, apa pun risikonya. Alternatifnya adalah menutup penemuan dan pencarian.
4. Menolak Relativisme
Kita harus menolak untuk menyesuaikan nilai-nilai Kitab Suci. Relativisme, kiat untuk memadamkan Alkitab dengan dunia pasca modern kita akan tanpa ampun mendorong kita supaya menjadi lebih bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan dengan demikian menghadirkan suatu pesan yang menarik mayoritas umum.
Kita harus jelas sekali bahwa nilai-nilai iman bukan dilahirkan didalam. Nilai-nilai itu pada gilirannya memurnikan pengalaman kita. Yesus Kristus berkata tentang Roh Kudus: “Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26).
5. Memprioritaskan Misi
Kristus berkata kepada para pengikut-Nya: “Kamu akan menjadi saksi-Ku…sampai keujung bumi” (Kisah 1:8).
Gerakan kita adalah gerakan misi-dan hal ini juga harus menjadi rambu-rambu yang jelas pada jalan kita menuju masa depan. Misi dengan jelas harus mendorong keputusan-keputusan disegala tahap dari administrasi gereja, didalam rapat-rapat dewan lembaga-lembaga kita, dan digereja local. Misi harus berada pada puncak agenda dalam perencanaan danpenggunaan sumber daya. Bahasa misi haruslah “dialek” yang dipilih gereja. Jika misi bukan sasaran utama, maka semua dewan penasihat kita dan rapat serta pertemuan kita pada tiap jenjang administrative adalah sia-sia.
6. Peka terhadap Penderitaan
Satu rambu-rambu lain yang penting untuk gereja adalah keterlibatan kita dengan penderitaan orang miskin, yang sakit, para pengungsi, dan mereka yang terbuang dari bangsa dan Negara mereka. Ini harus menjadi nilai yang terlihat dengan jelas pada agenda misi kita, karena tanpa keterlibatan ini bisa dipastikan secara rasional bahwa kita sudah kehilangan jalan, Kristus menjelaskan bahwa Ia akan meminta pertanggungjawaban tentang bagaimana kita memperlakukan mereka yang kebutuhannya lebih besar daripada yang bisa mereka tangani sendiri (Matius 25:31-46).
Melalui pelayananlah gereja memperlihatkan bahwa misi lebih daripada sekadar kata-kata yang diucapkan; bahwa ada suatu kesinambungan antara membuat hidup ini lebih baik untuk orang disini dan sekarang dan mempersiapkan mereka untuk kekekalan.
7. Menerima Keanekaragaman
Sementara gereja kita bertumbuh dengan cepat dan menyebar di seluruh dunia ke dalam tiap budaya, ras dan nasionalitas, kita harus bisa bekerja lebih baik dengan keanekaragaman umat manusia dibanding dengan prestasi kita di masa lalu. Mereka yang berbagi iman di dalam Kristus menemukan bahwa Dialah penyimbang besar dari semua umat percaya (Galatia 3:26-29).
Oleh karena itu hal ini akan menjadi rambu-rambu global yang kelihatan sangat jelas karena ini berkaitan dengan nilai umat manusia, sifat adil, perilaku, keturutsertaan, dan penampilan. Gereja kita internasional dan berbagai etnis berbaur, selain kenyataan bahwa kita laki-laki dan perempuan, harus dicerminkan di dalam kepercayaan yang kita berikan kepada satu sama lain, dan ruang yang kita sediakan untuk semua turut serta berpartisipasi. Semua ini tidak akan terjadi dengan sendirinya. Diperlukan keputusan-keputusan yang tepat.
8. Komitmen kepada Keesaan
Keesaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, secara spiritual dan struktural, secara lokal dan global, adalah rambu-rambu total di jalan kita kedalam masa depan. Inilah salah satu unsur yang dicerminkan Yesus Kristus selama beberapa jam terakhir-Nya bersama para murid-Nya sebelum Getsemani. Dalam suatu cara yang mistik, keesaan iman yang mengikat umat percaya menjadi satu tertanam dalam keesaan Kristus dengan Bapa (Yohanes 17:20-23). Inilah suatu keesaan yang dilayani Roh Kudus(Efesus 4).
9. Antisipasi tentang Kedatangan Kristus
Kita adalah satu komunitas yang hidup menantikan kedatangan Tuhan kita yang kedua kali, dan nilai-nilai kita mencerminkan realita ini. Inilah sebuah rambu-rambu yang tertanam di dalam identitas kita. Sifat fana dari dunia ini, kepastian dari kedatangan kembali Kristus, tugas yang diberikan kepada kita untuk berbagi pesan ini-semua hal ini haruslah menjadi inti dari khotbah dan ajaran kita.
Hidup dengan harapan akan kedatangan kembali Kristus menyiratkan lebih daripada hanya satu persetujuan intelektual terhadap suatu posisi doktrinal. Inilah sebuah rambu-rambu yang paling baik dinyatakan dalam cara kita hidup; memberi warna pada kegiatan kita sehari-hari dan membentuk pilihan-pilihan kita. Sebagai sebuah gereja, identitas kita, nilai-nilai, dan misi kita dihubungkan tanpa bisa dipisahkan dari rambu-rambu tersebut. Kita akan merugikan diri kita saja jika kita tidak melihat hal ini lagi.
Beginilah kita dan seperti inilah kita akan memasuki masa depan. Sementara kita melangkah, saya berdoa kita tidak saja akan menaruh percaya kepada Tuhan, tetapi bahwa kita juga belajar saling mempercayai satu sama lain, yakin bahwa, dibawah bimbingan Roh Kudus, kita bisa bergerak maju ke dalam masa depan yang lebih terbuka, dipersatukan dalam iman dan misi.
© Adventist World | Maret 2007

No comments:

ARTIKEL: Bagaimana Berkhotbah

BAGAIMANA BERKOTBAH DENGAN PENUH KUASA?

 

Bahan pelajaran asli dari Pdt. Andreas Samudera.  Disadur dan diadaptasi dan diperkembangkan oleh Pdt. Sammy Lee

 

victoryglobalvision@gmail.com

 

Bahan ‘Bagaimana Berkhotbah’ ini dipersiapkan untuk melatih pekerja-pekerja Rumah Doa segala Bangsa agar mereka mampu berkhotbah dengan penuh kuasa.  Disini diberikan syarat-syarat dan kaidah-kaidah yang perlu diketahui dan dijiwai oleh seorang yang ingin menjadi pengkhotbah yang berkuasa.  Bahan ini masih merupakan garis besar saja yang masih perlu diuraikan secara lebih luas dan ditambahi dengan contoh-contoh pendek agar lebih jelas. Namun bagi mereka yang ingin mempergunakannya sebagai bahan latihan bagi pekerja gereja Tuhan, anda dapat mempergunakannya dengan menambahkan inovasi sendiri.

 

Bahan ini dibagikan  dalam 4 bagian yang dibawakan selama 4 sesi, menjadi semacam kursus dengan praktek langsung pada setiap sesinya. Peserta dapat dibagi dalam kelompok-kelompok 4 orang atau sebanyak-banyaknya 6 orang. Pada setiap sesi peserta diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk praktek berkhotbah secara bergilir, sementara yang lain mengisi daftar penilaian terhadap pembicara. Hasil penilaian ini diberikan langsung kepada pembicara agar ia tahu apa pendapat orang lain terhadap penyampaiannya.

 

Anda boleh memakai bahan ini dengan bebas, dengan syarat anda mau sekedar memberitahukan kami dengan singkat ke alamat e-mail: victoryglobalvision@gmail.com

 

Juga kami meminta pendapat dan saran anda bila anda telah memakainya, agar kami dapat memperbaiki untuk penggunaan yang lebih baik dikemudian hari.

Artikel Selengkapnya