Cari Artikel di Blog ini

Selamat Datang di Website PA-DKI Plus

Website/Weblog PA-DKI Plus adalah pengembangan dari Milis PA-DKI yang sejak tahun 2000 sudah berdiri dan cukup hot dalam berdiskusi. Website ini dikembangkan dengan tujuan untuk menyediakan sumber-sumber maupun bahan-bahan bacaan yang berguna bagi para Pemuda Advent DKI, maupun penyediaan dokumen-dokumen penting Kepemudaan, termasuk foto-foto kegiatan pemuda.

PA DKI Plus adalah singkatan dari Pemuda Advent DKI Jakarta & Sekitarnya. "Plus" nya sendiri bisa berarti banyak. Yang pertama plus dalam arti usia, website dan milis PA-DKI seperti kita ketahui, tidak terbatas hanya untuk para orang muda, namun juga pada mereka yang berjiwa muda. Plus yang kedua tentunya dari segi geografi. Website dan milis PA-DKI terbuka untuk semua orang muda dan yang berjiwa muda di seluruh dunia, tidak hanya di DKI Jakarta.

Terima kasih banyak atas kunjungan Anda. Pihak moderator dengan senang hati menerima kiriman artikel rohani, sumber-sumber penting bagi Kepemudaan, berita-berita dari jemaat Anda, beserta gambar-gambarnya. Kirim kan saja ke email: admin@jakartaadventist.org, setelah disunting berita atau artikel Anda akan terpublish di Weblog ini.

Satu yang terakhir namun tetap penting, Milis dan Weblog PA-DKI adalah resmi di bawah naungan Direktur Pemuda Advent Konferens DKI Jakarta & Sekitarnya yang sekarang diemban oleh Pdt. Daniel Rampen.

Salam Pemuda,
Moderator

Thursday, July 31, 2008

Satu Menit yang Mengubah Hidupnya

Selama masa sekolah di kolese, Rogers menghabiskan musim panasnya di sebuah perkemahan tempat penebangan kayu. Ketika pengawas lapangan harus ke luar beberapa hari, ia menyuruh Rogers mewakilinya.

"Bagaimana nanti kalau orang-orang yang membangkang?" tanya Rogers.

Ia memikirkan Tony, seorang buruh imigran yang sepanjang hari cuma menggerutu dan mengomel, menyusahkan orang-orang lainnya.

"Pecat mereka," kata pengawas itu. Lalu, seakan membaca pikiran Rogers, ia menambahkan, "Aku rasa kamu lagi memikirkan kesempatan untuk memecat si Tony kalau kamu dapatkan peluang. Aku akan merasa tidak enak mengenai itu. Aku sudah kerja selama 40 tahun dalam penebangan kayu. Tony itu pekerja yang paling terandalkan yang kupunya. Aku tahu ia penggerutu dan membenci semua orang dan segala sesuatu. Tetapi dia masuk nomor satu dan pulangnya malah paling akhir. Selama delapan tahun ini tak pernah ada kecelakaan dibukit tempat ia bekerja.

Rogers mengambil alih menjadi pengawas hari berikutnya. Ia menghampiri Tony dan berkata begini, "Tony, kau tahu aku yang bertugas jadi pengawas hari ini?" Tony cuma acuh saja, ada suara asal-asalan ia bunyikan.

"Aku maunya sudah akan memecatmu begitu kita sampai bertengkar, tapi kuingin kau tahu itu tak akan kulakukan," ia bilang pada Tony, seraya menambahkan apa yang diceritakan pengawasnya.

Selesai ia berkata, Tony menjatuhkan pasir sesekop yang ia pegang dan air mata mengalir menuruni wajahnya. "Kenapa tak ia ceritakan itu 8 tahun yang lalu padaku?"

Hari itu Tony kerja lebih keras dari sebelumnya dan ia tersenyum! Belakangan ia cerita pada Rogers, "Aku bilang pada Maria, kau mandor pertama di negara ini yang pernah bilang, "Kerjamu bagus, Tony", dan itu membuat Maria merasa seperti hari Natal.

Rogers kembali kesekolah setelah musim panas itu. 12 tahun kemudian ia bertemu Tony kembali. Ia adalah pengawas untuk pembangunan jalan kereta api dari salah satu perusahaan penebangan kayu terbesar di bagian Barat Amerika. Rogers menanyainya ihwal ia bisa sampai ke California dan menjadi begitu sukses.

Tony menjawab, "Kalau bukan karena satu menit itu waktu anda berbicara dulu padaku di Idaho, aku suatu hari sudah pasti membunuh seseorang. 1 menit itu, benar-benar mengubah seluruh jalan hidupku."

Para manajer-efektif tahu betapa pentingnya untuk mengambil waktu dan menunjukkan dan memuji seorang pekerja bahwa ia baik. Tapi bukan main bedanya apa yang bisa dihasilkan oleh semenit penegasan dalam membina suatu relasi.

Satu menit. Kau punya waktu satu menit untuk mengucap terima kasih pada seseorang? Satu menit untuk memberitahu seseorang, apa yang padanya kau paling hargai? Satu menit untuk membahas, merinci apa yang begitu baik yang telah ia kerjakan? Satu menit. Itu bisa membuat perbedaan untuk sepanjang hidup seseorang.

Sumber: Sherman Rogers' old book, "Foremen: Leaders or Drivers?"

Tuesday, July 15, 2008

Bonsai & Sequoi

Bonsai dan SequoiaOrang Jepang memelihara pohon yang lazim disebut Bonsai, pohon ini indah dan dibentuk dengan sempurna walaupun tingginya hanya dalamhitungan sentimeter. Di California ditemukan pohon raksasa hutan yang bernama Sequoia.

Salah satu pohon raksasa ini diberi nama Jenderal Sherman dengan ketinggian mencapai 90 meter seakan menembus langit dan lingkar batang hingga 26 meter. Pohon raksasa ini begitu hebat sehingga jika ditebang akan menghasilkan kayu bangunan yang cukup untuk membuat 35 buah rumah dengan lima kamar.

Pada saat berbentuk biji Bonsai dan Jenderal Sherman berukuran sama kecil, masing2 beratnya kurang dari satu milligram. Setelah keduanya dewasa terjadi perbedaan ukuran yang luar biasa dan kelihatan seperti peristiwa yang sederhana saja, tetapi kisah dibalik perbedaan ukuranitu mengandung pelajaran dalam kehidupan manusia.

Ketika pohon Bonsai mulai menyembulkan tunasnya di muka bumi, orang Jepang mencabutnya dari tanah dan mengikat pokok akar dan sebagian cabang akarnya dengan demikian secara sengaja menghambat pertumbuhannya. Hasilnya adalah sebatang pohon mini yang indah tetapi tetaplah mini.

Biji Jenderal Sherman jatuh ke tanah California yang subur danmendapat gizi dari mineral, air hujan dan sinar matahari, hasilnya adalah sebuah pohon raksasa.

Baik Bonsai maupun Jenderal Sherman tidak punya pilihan dalam menentukan nasibnya.

Tidak demikian dengan manusia, anda punya hak untuk menentukan nasib, anda bisa jadi besar atau jadi kecil sebagaimana yang anda kehendaki. Anda bisa jadi Bonsai atau Jenderal Sherman.

Citra diri anda dan cara anda memandang diri sendiri akan menentukan akan menjadi apa anda kelak... untuk itu anda punya pilihan.

Sumber: Bunga Lasminni

Friday, July 11, 2008

Waktu Teduh

Nats: Lalu berangkatlah mereka dengan perahu menyendiri ke tempat
yang terpencil (Markus 6:32)

Seorang pemuda sedang memotong kayu dengan kampak. Dari pagi hingga siang ia terus bekerja. Tidak ada waktu untuk berhenti. Ia harus mengejar target. Itu sebabnya, ia terus-menerus mengayunkan kampaknya. Suatu kali seorang bapak tua datang menghampirinya. "Nak, kampakmu sudah tumpul. Berhentilah sejenak untuk mengasahnya," kata si bapak tua. "Wah, tidak ada waktu, Kek. Saya harus mengejar target," sahut si pemuda.

Kehidupan di dunia ini semakin hiruk pikuk; tuntutan dan tantangan zaman semakin besar. Kita tidak terhindarkan dari kesibukan dan belenggu rutinitas. Padahal, ibarat sebuah mesin, kita tentu membutuhkan istirahat. Hidup dalam rutinitas tanpa sejenak pun "beristirahat" sama dengan pemuda dalam cerita di atas, yang terus memotong kayu tanpa sedikit pun waktu untuk mengasah kampaknya, sehingga kampaknya pun menjadi tumpul. Inilah makna pentingnya waktu
teduh: keluar sejenak dari kesibukan rutin untuk membangun relasi pribadi dengan Tuhan.

Waktu teduh lebih merupakan kebutuhan, daripada kewajiban. Karena itu, kita perlu meresponsnya dengan sukacita. Dalam rutinitas sehari-hari, perlu selalu ada waktu untuk sejenak berdiam diri. Menutup mata dan telinga dari segala hiruk pikuk kegiatan rutin sehari-hari. Menyediakan diri dan membuka hati untuk Tuhan, membiarkan Dia menyapa dengan cara-Nya. Tuhan Yesus telah mencontohkannya. Di tengah kesibukan-Nya yang luar biasa -- mengajar dan menolong orang -- Dia selalu menyempatkan diri untuk sejenak menyepi, untuk menenangkan diri dalam waktu teduh (ayat 31,32) -AYA

WAKTU TEDUH BERSAMA TUHAN BUKAN SAJA MENYEGARKAN
MELAINKAN JUGA MENYEHATKAN JIWA

Sumber: renungan harian

Friday, July 4, 2008

Sekeping Emas

Lelaki berjanggut panjang keperakan itu memang memancarkan kewibawaan yangbesar. Ia tampak duduk tenang dengan mata terpejam. Tangan kirinya terlihat menggenggam sebuah tongkat kayu bersisik berwarna coklat kehitaman.

Di hadapan lelaki berjubah putih itu, sekumpulan orang-orang yang membentuksetengah lingkaran, duduk berkeliling. Mereka semua tampak menundukkan kepala. Azarya, sang guru nan bijaksana, pengajar para raja dan pejabat istana, kembali mengumpulkan murid-muridnya. Tetapi tidak seperti hari-hari yang lain, dimana mereka biasa berkumpul di pinggir sungai, bukit ataupelataran istana. Hari ini mereka berkumpul dekat sebuah kandang ternak.Tidak ada seorang pun yang tahu rencana hati Azarya. Diantara lenguhan danbau ternak, guru dan murid itu, terdiam dengan penuh hikmat.

Perlahan-lahan sang guru mengangkat tangannya. Satu keping talenta emas tampak di terjepit diantara ibu jari dan telunjuk beliau. Benda itu terlihat semakin berkilau ditimpa cahaya matahari. Para murid bergumam tidakmengerti. "Anak-anak ku", sang guru pun mulai bersabda,"Siapakah dari antarakalian yang menginginkan benda ini, jika aku memberikannya?". Kini semuamata memandang kearah ujung jari Azarya. Sekeping talenta emas. Nilainya setara dengan bayaran seratus hari kerja orang upahan. Sama sekali bukanjumlah yang sedikit. Serta merta belasan orang itu mengangkat tangannya."Saya guru…saya guru …!!", seru mereka. Sesaat Azarya tersenyum mengelus janggut nya. "Hanya orang yang telah kehilangan akal sehatnya yang akan menolak pemberian satu keping talenta emas ini", lanjut nya sambilmenurunkan tangan. Kemudian tangan kiri Azarya bergerak mengambil sebuah mangkuk kecil didepannya. Cairan kermizi yang berwarna merah pekat tampakmengisi separuh mangkuk itu. Perlahan-lahan keping emas itu dicelupkannya kedalam mangkuk, hingga beberapa saat. "Masihkah kalian menginginkan benda ini?", tanya Azarya sambil kembali mengacungkan keping emas yang telah berubahwarna itu. "Tentu, guru !", jawab para murid serempak.Azarya memandangi kepingan berwarna merah pekat di tangan nya, tiba-tiba iamembuang keping emas itu kepermukaan tanah sepelempar batu jauhnya. Beberapa muridnya terlihat menggeser tempat duduknya menjauh. "Kau !", tunjuk sang guru ke arah salah satu muridnya,"Tampillah ke muka". Orang yang ditunjuk segera menaati perintah gurunya. "Ludahi keping emas itu !", perintah sangguru. Murid itu tampak ragu, ia memandang bergantian ke arah keping emas itudan guru nya memastikan apa yang didengarnya."Lakukan apa yang kuperintahkan", kata Azarya sambil tersenyum. Segera setelah muridnya meludahi keping emas itu, Azarya kembali bertanya, "Masihkah kalian menginginkan talenta itu ?". "Tentu saja guru", kembali terdengar jawaban dari arah para murid."

Jika demikian baiklah, kau bertiga ludahi lagi dan injak-injak keping emas itu !!", perintah Azarya. Ketiga orang itu pun melakukan persis seperti yang gurunya perintahkan. Sekarang keping emas itu telah berubah rupa.

Permukaannya yang tadinya berkilau kini tak lebih merupakan benda kotor yang sangat menjijikkan. Azarya berdiri, mengibaskan jubahnya, kemudian berjalan menghampiri keping emas itu. Sesaat ia memandangi benda itu, kemudian ikutmeludahinya."Anak-anakku, lihatlah benda yang menjijikkan itu.", kata Azarya sambil memandangi wajah-wajah mereka,"Masihkah ada seseorang diantara kalian yangmenginginkannya ?". Murid-murid saling berpandangan satu sama lain, beberapadiantara mereka tampak mengangguk-angguk. "Tentu Guru kami semua masihmenginginkannya", jawab mereka serempak. Mendengar jawaban para murid, Azarya mengambil sebuah capit dari kayu. Ia memungut benda itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi."

Kini dengarkanlah anak-anakku", sang guru pun bersabda," kalian dan siapapun akan tetap menginginkan keping emas itu, karena apapun keadaan yang mata kalian lihat, sekeping talenta emas, tetaplah sekeping talenta emas !"

Murid-muridnya terlihat saling berpandangan, sebagian dari mereka tampak mengangguk-angguk membenarkan perkataan sang guru."

Serupa dengan keping talenta emas ini", Azarya melanjutkan,"diri kalianpun, senista, secacat, sehina apapun, tetaplah mulia dan berharga.Kemiskinan, kecacatan, keadaan terkeji sekalipun tidaklah sanggup mengubahnilai seorang manusia. Manusia telah diciptakan demikian mulia"Azarya memandangi murid-murid nya lekat-lekat, setelah itu ia berjalan kearah kandang ternak yang berada tak jauh dari mereka. Murid-muridnya segerabangkit, mengikuti guru mereka dari belakang."

Seperti apa yang ku janjikan kepada kalian.", kata Azarya sambil menoleh,"Aku akan memberikan keping talenta emas ini kepada siapa pun yang mengingingkannya. Ambilah !". Dengan satu gerakan, Azarya melemparkan keping emas itu ke dalam tumpukan kotoran ternak yang tampak menggunung. Segera saja keping talenta emas itu membenam tak terlihat. Belum lagi Azarya menjauh dari tempat itu, murid-muridnya yang berjumlah belasan itu merangsek masuk ke dalam kandang. Mereka saling mendorong, berdesakan, saling himpit. Tidak sedikit dari mereka yangterinjak-injak oleh temannya sendiri Beberapa orang malah terlihat bergulat diantara kotoran ternak. Yang lain terlihat saling tinju dan saling hantam.Bak dihajar angin puting beliung, serta merta kandang yang semula aman damai itu jadi begitu berantakan. Lembu, kambing, domba berlarian keluar. Pagar kayu dan dinding kandang rusak berat. Azarya sesaat membiarkan kerusuhan ituterjadi, hingga ia merasa waktunya cukup."

Hentikan !", seru sang guru dan perkelahian itu pun serta merta berhenti," rupanya kalian belum juga mengerti. Barangsiapa bertelinga hendaklah mendengar ! Camkanlah apa yang ku katakan kepadamu hari ini danbelajarlah darinya."Azarya segera menghampiri murid-muridnya yang berlumuran kotoran hewan,"Sang Khalik, Pencipta kita, mengerti benar betapa berharga diri kita,manusia-manusia ini. Begitu juga dengan iblis-iblis jahat penghuni kegelapan, mereka juga tahu persis betapa mulianya kita. Satu-satunya yangsering tidak mengerti akan tingginya harga itu adalah kita, manusia itu sendiri. Manusia sering tidak mengetahui betapa mulianya ia dicipta. Bahkan tidak jarang, karena kebodohannya, manusia menukar kemuliannya dengan sesuatu yang sama sekali tidak berharga. Jadi mulai saat ini, jangan biarkan apapun dan siapapun bahkan hidup ini mendustai kalian, dan membuat kalian tidak berharga.

Karena kalian jauh lebih mulia dari ribuan keping telenta emas !!"
(****mta****)

From: by MTA – Made Teddy Artiana

Thursday, July 3, 2008

Pelajaran Hidup

Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama seekor harimau besar berbulu coklat keemasan. Luka yang diderita serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang dikejar pemburu. Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang telah terbidik mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak bisa lagi berburu. Ia tinggal di sebuah gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana balas budi. Setiap selesai berburu, di mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walau sedikit, sang serigala selalu dapat bagian. Sang harimau paham bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah. Sebagai balasannya, sang serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan lain. Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai ke telinga seorang pertapa. Ia dan beberapa muridnya ingin melihat dan mengambil pelajaran. Di pagi hari, berangkatlah mereka. Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap. Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan sepotong daging kepada serigala. "Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari sana?" tanya pertapa ke murid-muridnya. Seorang murid menjawab, "Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya lewat berbagai cara."Sang pertapa tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, "Lihatlah serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan." Ia menanti jawaban dari gurunya. "Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta. Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau."Adalah benar bahwa Tuhan menciptakan ikan buat umat manusia. Adalah benar pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, gandum-gandum yang hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika di sana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang Tuhan. Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu suatu keterpaksaan, bukan pula karena didorong rasa kasihan dan ingin balas budi. Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Di sana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan.

Sebab di sana, akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayam keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu.Teman, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

From: ivana indahwati

Wednesday, July 2, 2008

Artikel: Anda Telah menyusahkan Saya, Terimakasih!

Arvan Pradiansyah
Managing Director ILM, Alumni ESQ Eksekutif 40

Sewaktu mahasiswa saya pernah membaca sebuah buku berjudul Pedogogy for the Oppress (Pendidikan bagi Kaum Tertindas) yang ditulis oleh Paulo Freire, peneliti Amerika Latin. Salah satu kalimat yang masih saya ingat sampai sekarang berbunyi, Setiap orang pada dasarnya adalah guru, dan setiap tempat adalah sekolah.

Tentu saja saya tidak setuju dengan kata-kata itu. Bagaimana tidak, saya mempunyai kriteria yang cukup tinggi mengenai seseorang yang pantas disebut guru. Seorang guru haruslah bisa digugu dan ditiru. Ia haruslah menjadi role model. Selain itu ia juga harus memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan saya sendiri, paling tidak ia menguasai sesuatu yang tidak saya kuasai.

Namun itu pendapat saya dahulu. Belakangan saya harus merevisi kembali pandangan itu. Pengalaman hidup justru mengajarkan pada saya bahwa pendapat Freire benar adanya. Saya belajar bukan hanya dari orang-orang yang saya hormati, melainkan justru dari orang-orang yang menyusahkan. Bahkan, pelajaran yang saya terima dari orang-orang yang menyusahkan jauh lebih powerful karena merasuk jauh kedalam pikiran dan sanubari saya.Bilamana orang-orang baik memberikan pelajaran melalui pengalaman yang menyenangkan, maka orang-orang yang menyusahkan justru memberikan pengalaman yang pahit dan getir, sebuah pelajaran yang tak akan terlupakan sepanjang hidup kita.

Belakangan saya membaca sebuah buku yang menarik berjudul Thank You for Being Such A Pain karya Mark I Rosen. Buku ini makin memperkuat pendapat saya mengenai betapa pentingnya peranan yang dimainkan oleh orang-orang yang menyusahkan dalam hidup kita.

Pengalaman yang menyenangkan lebih mudah kita kupakan, karena hal itu tidak masuk terlalu dalam ke dalam memori kita atau bahkan kita menganggap sepele (taken for granted). Kalau bawahan melayani kita dengan sepenuh hati, kita mungkin berpikir bahwa itu sudah merupakan tugasnya. Kalau atasan kita ramah, baik hati dan mau mengerti, kita mungkin berpikir bahwa memang seperti itulah yang harus dilakukan seorang atasan. Kalau rekan kerja kita kooperatif, kita mungkin beragumentasi bahwa memang kewajiban setiap orang adalah saling membantu. Kalau pasangan hidup kita penuh perhatian, mungkin kita akan berpikir bahwa ini sudah merupakan hak kita. Bahwa kita memang berhak menerima perlakuan itu.

Kalau begitu, pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari orang-orang yang menyenangkan tersebut ? Mungkin ada, tetapi pasti tidak akan semendalam pelajaran dari pengalaman yang menyakitkan. Misalkan saja, ada seseorang yang menghina Anda, mengeluarkan kata-kata yang menyakiti Anda. Mudahkah Anda melupakannya? Kemungkinan tidak. Biasanya kita malah memikirkan bagimana membalas sakit hati kita. Namun justru disinilah manfaat yang diberikan orang-orang ini. Mereka sebenarnya telah memberikan experential learning yang tidak akan mungkin kita lupakan, yaitu mengenai betapa sakit rasanya diperlakukan seperti itu.Rasa sakit yang luar biasa ini sangat kita perlukan untuk membantu kita memahami perasaan yang akan dirasakan orang lain bila kita melakukan tindakan yang sama. Memahami lebih dari sekedar mengetahui. Kalau Anda mengetahui sesuatu, Anda belum paham karena Anda baru masuk ke teorinya tapi kalau Anda sudah merasakannya, Anda akan memahami. Anda bahkan akan masuk ke alam kesadaran.

Saya pernah mempunyai atasan yang senang memaki-maki dan merendahkan harga diri orang lain. Namun, ia sangat berjasa kepada saya karena memberikan pelajaran mengenai betapa sakitnya diperlakukan demikian. Saya kemudian berjanji kepada diri sendiri untuk tidak akan pernah menyakiti dan merendahkan harga diri orang lain dalam situasi apa pun. Saya benar-benar sadar bahwa setiap orang ingin dianggap penting dan diperlakukan dengan penuh hormat.

Seorang teman yang suka menjelek-jelekkan saya di belakang juga telah menjadi guru besar saya. Ia telah menyadarkan saya akan pentingnya bersikap loyal terhadap orang yang tidak hadir (loyal to the absent). Tentu saja, saya sudah pernah mempelajari buruknya menggosipkan orang lain dari buku-buku, kitab suci ataupun beberapa pelatihan perilaku, tetapi pelajaran yang paling merasuk jiwa saya justru saya dapatkan dari kawan saya itu. Rasa sakit yang saya alami justru membuat saya bersumpah untuk tidak akan pernah melakukan perilaku yang sama.Ada banyak lagi guru besar yang dapat saya tuliskan di sini. Ada klien yang pertama kali bertemu langsung memanggil saya dengan kamu. Ada kawan yang gemar memberikan label negatif. Ada atasan yang suka berlama-lama menjawab handphonenya, padahal kami berdua sedang melakukan rapat. Ia sering membiarkan saya ternganga di hadapannya. Semua orang ini adalah guru besar saya dalam kuliah Hubungan Antarmanusia.

Karena itu alih-alih membenci orang ini, kita seharusnya malah berterimakasih kepada mereka. Berterima kasih disini bukan dalam pengertian sinisme. Melainkan berterima kasih secara tulus dan dari lubuk hati kita yang paling dalam. Bukankah hanya orang-orang ini yang berani mengambil resiko untuk menjadi orang yang tidak disukai ? Bukankah mereka telah mengajarkan kepada kita untuk menjadi jauh lebih baik dari hari ke hari ? Bukankah dengan pengalaman pahit yang mereka berikan, kita dapat tumbuh secara spiritual ? Bahkan dalam konteks yang lebih luas, orang-orang itu sebenarnya telah diutus oleh Tuhan untuk berjumpa dengan kita di dunia ini, dan mengajarkan sesuatu yang tak dapat diajarkan oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat kita yang lain.

ARTIKEL: Bagaimana Berkhotbah

BAGAIMANA BERKOTBAH DENGAN PENUH KUASA?

 

Bahan pelajaran asli dari Pdt. Andreas Samudera.  Disadur dan diadaptasi dan diperkembangkan oleh Pdt. Sammy Lee

 

victoryglobalvision@gmail.com

 

Bahan ‘Bagaimana Berkhotbah’ ini dipersiapkan untuk melatih pekerja-pekerja Rumah Doa segala Bangsa agar mereka mampu berkhotbah dengan penuh kuasa.  Disini diberikan syarat-syarat dan kaidah-kaidah yang perlu diketahui dan dijiwai oleh seorang yang ingin menjadi pengkhotbah yang berkuasa.  Bahan ini masih merupakan garis besar saja yang masih perlu diuraikan secara lebih luas dan ditambahi dengan contoh-contoh pendek agar lebih jelas. Namun bagi mereka yang ingin mempergunakannya sebagai bahan latihan bagi pekerja gereja Tuhan, anda dapat mempergunakannya dengan menambahkan inovasi sendiri.

 

Bahan ini dibagikan  dalam 4 bagian yang dibawakan selama 4 sesi, menjadi semacam kursus dengan praktek langsung pada setiap sesinya. Peserta dapat dibagi dalam kelompok-kelompok 4 orang atau sebanyak-banyaknya 6 orang. Pada setiap sesi peserta diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk praktek berkhotbah secara bergilir, sementara yang lain mengisi daftar penilaian terhadap pembicara. Hasil penilaian ini diberikan langsung kepada pembicara agar ia tahu apa pendapat orang lain terhadap penyampaiannya.

 

Anda boleh memakai bahan ini dengan bebas, dengan syarat anda mau sekedar memberitahukan kami dengan singkat ke alamat e-mail: victoryglobalvision@gmail.com

 

Juga kami meminta pendapat dan saran anda bila anda telah memakainya, agar kami dapat memperbaiki untuk penggunaan yang lebih baik dikemudian hari.

Artikel Selengkapnya